Buta Warna
· Penyebab
Buta warna merupakan istilah umum untuk gangguan
persepsi warna. Penderita buta warna kesulitan membedakan nuansa warna atau
buta terhadap warna tertentu. Buta warna tidak dapat disembuhkan. Menurut statistic,
sekitar 9% laki-laki dan 0,5% perempuan menyandang buta warna. Masalah mereka
terutama adalah membedakan nuansa hijau (Deuteranomali) atau nuansa merah
(Protanomali) dan kebutaan warna hijau (Deuteranopia) atau warna merah
(Protanopia). Kesulitan atau kebutaan terhadap warna biru dan buta warna total
sangat jarang terjadi.
Retina mata memiliki hampir tujuh juta sel
fotoreseptor yang terdiri dari dua jenis sel-sel batang dan sel kerucut yang
terkonsentrasi di bagian tengahnya yang disebut macula. Sel batang sangat sensitive
terhadap cahaya, dan dapat menangkap cahaya yang lemah seperti cahaya bintang
dimalam hari, tetapi sel itu tidak dapat membedakan warna. Berkat sel batang
kita dapat melihat hal-hal di sekitar kita di malam hari, tetapi hanya dalam
nuansa hitam, abu-abu, dan putih. Sel kerucut dapat melihat detail objek lebih
rinci dan membedakan warna tetapi hanya bereaksi terhadap cahaya terang. Kedua
jenis sel tersebut berfungsi saling melengkapi sehingga kita bias memiliki
penglihatan yang tajam, rinci, dan beraneka warna.
Ada tiga jenis sel kerucut pada retina. Mereka
masing-masing berisi pigmen visual (Opsin) yang berbeda sehingga bereaksi
terhadap panjang gelombang cahaya yang berbeda : merah, hijau dan biru. Sel
kerucut menangakap gelombang cahaya sesuai dengan pigmen masing-masing dan
meneruskannya dalam bentuk sinyal transmisi ke otak. Otak kemudian mengolah dan
menggabungkan sinyal warna merah, hijau, dan biru dari retina ke bayangan warna
tertentu. Karena perbedaan intensitas dari masing-masing warna pokok tersebut,m
kita dapat membedakan jutaan warna. Gangguan penerimaan cahaya pada satu jenis
atau lebih sel kerucut di reina berdampak langsung pada persepsi warna di otak.
Seseorang yang buta warna memiliki cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis
sel kerucut.
·
Herediter
Buta warna merupakan kelainan warisan, karena gen
untuk pigmen visual merah dan hijau terdapat pada kromosom X. Buta warna hijau
umum terjadi pada laki-laki. Tidak seperti wanita, laki-laki hanya memiliki
satu kromosom X sehingga tidak ada salinan cadangan yang mengganti gen cacat
yang sesuai. Seorang wanita harus memiliki cacat pada kedua kromosom X agar
menjadi buta warna merah atau hijau. Bila hal itu terjadi, maka anak
laki-lakinya juga pasti buta warna, karena dia mewarisi kromosom X dari ibunya.
Selain karena keturunan, bentuk buta warna yang ringan juga disebabkan oleh
mutasi gen opsin pada kromosom X.
Cedera otak atau stroke dapat mengganggu penolahan
warna di otak. Jika buta warna baru terjadi di usia remaja atau dewasa,
penyebabnya adalah penyakit di macula, misalnya karena degenerasi macula atau
kerusakan saraf optic di belakangnya.
·
Tes
Buta Warna
Banyak
orang yang tidak menyadari dirinya buta warna. Hal ini karena mereka umumnya
bukan tidak dapat melihat suatu warna, namun hanya kesutitan membedakan
nuansanya. Sebenarnya mereka dapat menyadari dari masalah-masalah yang sering
dihadapi. Hal yang sederhana pada orang lain seringkali menjadi masalah bagi
mereka. Misalnya, ketika kita harus memilih sepasang kaus kaki dari kaus kaki
lain yang warnanya mirip atau membedakan warna kabel. Mereka juga mungkin
sering menggunakan warna mencolok karena ketidakpekaan terhadap warna.
Tes standar untuk mendiagnosis buta warna adalah tes Ishihara yang banyak digunakan di
kantor-kantor, sekolah-sekolah dan instansi lainnya untuk menyeleksi calon
mahasiswa/karyawan. Tes Ishihara terdiri dari 38 set warna. Masing-masing set
terdiri dari lingkaran-lingkaran dengan titik-titik mosaik bernuansa
hijau-merah yang berbeda. Di dalam mosaic terdapat pola-poal angka (“angka atau
huruf tokek”) yang tidak dapat dilihat orang yang buta warna namun sangat mudah
sekali dilihat oleh orang normal. Tes buta warna lainnya adalah tes dikotomi
Farnsworth (D-15), tes uji visi dinamis yang dikembangkan Profesor Jhon L.
Barbur dari City University of London dan tes warna pilihan ganda yang
dikembangkan ahli optic Prancis Jean Jouannic.
Buta warna sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 3
jenis, yaitu :
1. Trikromasi
1. Trikromasi
Buta warna jenis trikromasi adalah perubahan
sensitivitas warna dari satu jenis atau lebih sel kerucut. Ada tiga macam
trikromasi, yautu :
Ø Protanomali
yang merupakan kelemahan pada warna merah
Ø Deuteromali
yaitu kelemahan pada warna hijau
Ø Tritanomali
(low blue) yaitu kelemahan pada warna biru
Jenis buta warna inilah
yang paling sering dialami dibandingkan jenis buta warna lainnya.
2. Dikromasi
2. Dikromasi
Dikromasi merupakan tidak adanya
satu dari 3 jenis sel kerucut yang terdiri dari :
Ø Protanopia
yaitu tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga kecerahan warna merah dan
perpaduannya berkurang.
Ø Deuteranopia
yaitu tidak adanya sel kerucut yang peka terhadap waerna hijau
Ø Tritanopia
untuk warna biru.
3. Monokromasi
3. Monokromasi
Sedangkan monokromasi ditandai
dengan hilangnya atau berkurangnya semua penglihatan warna, sehingga yang
terlihat hanya putih dan hitam pada jenis typical dan sedikit warna pada jenis
atypical. Jenis buta warna ini prevalansinya sangat jarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar