Sabtu, 14 Juli 2012


Buta Warna

·         Penyebab


Buta warna merupakan istilah umum untuk gangguan persepsi warna. Penderita buta warna kesulitan membedakan nuansa warna atau buta terhadap warna tertentu. Buta warna tidak dapat disembuhkan. Menurut statistic, sekitar 9% laki-laki dan 0,5% perempuan menyandang buta warna. Masalah mereka terutama adalah membedakan nuansa hijau (Deuteranomali) atau nuansa merah (Protanomali) dan kebutaan warna hijau (Deuteranopia) atau warna merah (Protanopia). Kesulitan atau kebutaan terhadap warna biru dan buta warna total sangat jarang terjadi.

Retina mata memiliki hampir tujuh juta sel fotoreseptor yang terdiri dari dua jenis sel-sel batang dan sel kerucut yang terkonsentrasi di bagian tengahnya yang disebut macula. Sel batang sangat sensitive terhadap cahaya, dan dapat menangkap cahaya yang lemah seperti cahaya bintang dimalam hari, tetapi sel itu tidak dapat membedakan warna. Berkat sel batang kita dapat melihat hal-hal di sekitar kita di malam hari, tetapi hanya dalam nuansa hitam, abu-abu, dan putih. Sel kerucut dapat melihat detail objek lebih rinci dan membedakan warna tetapi hanya bereaksi terhadap cahaya terang. Kedua jenis sel tersebut berfungsi saling melengkapi sehingga kita bias memiliki penglihatan yang tajam, rinci, dan beraneka warna.

Ada tiga jenis sel kerucut pada retina. Mereka masing-masing berisi pigmen visual (Opsin) yang berbeda sehingga bereaksi terhadap panjang gelombang cahaya yang berbeda : merah, hijau dan biru. Sel kerucut menangakap gelombang cahaya sesuai dengan pigmen masing-masing dan meneruskannya dalam bentuk sinyal transmisi ke otak. Otak kemudian mengolah dan menggabungkan sinyal warna merah, hijau, dan biru dari retina ke bayangan warna tertentu. Karena perbedaan intensitas dari masing-masing warna pokok tersebut,m kita dapat membedakan jutaan warna. Gangguan penerimaan cahaya pada satu jenis atau lebih sel kerucut di reina berdampak langsung pada persepsi warna di otak. Seseorang yang buta warna memiliki cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis sel kerucut.

·         Herediter


Buta warna merupakan kelainan warisan, karena gen untuk pigmen visual merah dan hijau terdapat pada kromosom X. Buta warna hijau umum terjadi pada laki-laki. Tidak seperti wanita, laki-laki hanya memiliki satu kromosom X sehingga tidak ada salinan cadangan yang mengganti gen cacat yang sesuai. Seorang wanita harus memiliki cacat pada kedua kromosom X agar menjadi buta warna merah atau hijau. Bila hal itu terjadi, maka anak laki-lakinya juga pasti buta warna, karena dia mewarisi kromosom X dari ibunya. Selain karena keturunan, bentuk buta warna yang ringan juga disebabkan oleh mutasi gen opsin pada kromosom X.
Cedera otak atau stroke dapat mengganggu penolahan warna di otak. Jika buta warna baru terjadi di usia remaja atau dewasa, penyebabnya adalah penyakit di macula, misalnya karena degenerasi macula atau kerusakan saraf optic di belakangnya.

·         Tes Buta Warna

 Banyak orang yang tidak menyadari dirinya buta warna. Hal ini karena mereka umumnya bukan tidak dapat melihat suatu warna, namun hanya kesutitan membedakan nuansanya. Sebenarnya mereka dapat menyadari dari masalah-masalah yang sering dihadapi. Hal yang sederhana pada orang lain seringkali menjadi masalah bagi mereka. Misalnya, ketika kita harus memilih sepasang kaus kaki dari kaus kaki lain yang warnanya mirip atau membedakan warna kabel. Mereka juga mungkin sering menggunakan warna mencolok karena ketidakpekaan terhadap warna.

Tes standar untuk mendiagnosis buta warna  adalah tes Ishihara yang banyak digunakan di kantor-kantor, sekolah-sekolah dan instansi lainnya untuk menyeleksi calon mahasiswa/karyawan. Tes Ishihara terdiri dari 38 set warna. Masing-masing set terdiri dari lingkaran-lingkaran dengan titik-titik mosaik bernuansa hijau-merah yang berbeda. Di dalam mosaic terdapat pola-poal angka (“angka atau huruf tokek”) yang tidak dapat dilihat orang yang buta warna namun sangat mudah sekali dilihat oleh orang normal. Tes buta warna lainnya adalah tes dikotomi Farnsworth (D-15), tes uji visi dinamis yang dikembangkan Profesor Jhon L. Barbur dari City University of London dan tes warna pilihan ganda yang dikembangkan ahli optic Prancis Jean Jouannic.

  ·         Klasifikasi

Buta warna sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu :


            1.   Trikromasi

Buta warna jenis trikromasi adalah perubahan sensitivitas warna dari satu jenis atau lebih sel kerucut. Ada tiga macam trikromasi, yautu :
Ø  Protanomali yang merupakan kelemahan pada warna merah
Ø  Deuteromali yaitu kelemahan pada warna hijau
Ø  Tritanomali (low blue) yaitu kelemahan pada warna biru
Jenis buta warna inilah yang paling sering dialami dibandingkan jenis buta warna lainnya.


2. Dikromasi

Dikromasi merupakan tidak adanya satu dari 3 jenis sel kerucut yang terdiri dari :
Ø  Protanopia yaitu tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga kecerahan warna merah dan perpaduannya berkurang.
Ø  Deuteranopia yaitu tidak adanya sel kerucut yang peka terhadap waerna hijau
Ø  Tritanopia untuk warna biru.


3.    Monokromasi

Sedangkan monokromasi ditandai dengan hilangnya atau berkurangnya semua penglihatan warna, sehingga yang terlihat hanya putih dan hitam pada jenis typical dan sedikit warna pada jenis atypical. Jenis buta warna ini prevalansinya sangat jarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar